MAKALAH FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF AL-QURAN HADITS



FUNGSI PENDIDIKAN MENURUT PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS

A.    Pendahuluan
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting, guna mencapai segala yang dicita-citakan oleh setiap orang. Secara umum, cita-cita setiap orang akan berorientasi pada dua hal, pertama kebahagiaan di dunia, kedua kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pendidikan Islam menjadi sarana yang akan membantu untuk merealisasikan cita-cita setiap orang, dengan mengajak dan mengajarkan peserta didik untuk menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., serta menjadi peribadi muslim yang berakhlakul karimah sesuai dengan syari’at Islam.
Dewasa ini, banyak pendidikan yang melupakan tujuan dan fungsi dari didirikannya lembaga pendidikan, sehingga tidak jarang pendidik ataupun peserta didik melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan etika dan norma yang berkembang, misalnya: maraknya peserta didik yang melakukan tindakan amoral dalam kehidupannya seperti tawuran dan lainnya, bahkan tak jarang seorang pendidik juga terjerat dalam perilaku yang tidak sesuai dengan etika pendidik, seperti berpakaian tidak sopan dan lainnya.
Dalam makalah sederhana ini penulis akan coba memapaparkan terkait “Fungsi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”, sehingga bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

B.     Fungsi Pendidikan Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan. Fungsi tersebut secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

1.      Fungsi Pendidikan secara Khusus
Maksudnya adalah, pendidikan memiliki fungsi untuk kepentingan individu (seseorang). Dalam hal ini pendidikan berfungsi untuk mengoptimalkan fithrah[1] yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang, yaitu akal (pikiran) yang berpusat dikepala, ghadab (amarah) yang berpusat didada, dan nafsu syahwat (dorongan seksual) yang berpusat diperut.[2] Rasulullah SAW., bersabda :

كلّ مولود يولد علی الفطره فأبواه يهوّدانه أو ينصِّرانه أو يمجِّسانه (رواه البخاري)
“Tiap-tiap anak dilahirkan di atas fithrah, maka ibu bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Majusi” [3]

Hadits diatas membuat kita tersadar tentang pentingnya pendidikan, dan fungsinya dalam kehidupan, yaitu untuk mengarahkan manusia menuju kepada fitrah yang ada pada dirinya, serta membawa fitrah tersebut berkembang seperti seharusnya, sehingga kekeliruan yang ditimbulkan oleh lingkungan (keluarga dan masyarakat) akan dapat teratasi, dengan adanya pendidikan.
a.      Mengoptimalkan Fungsi Akal (Pemikiran)
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mengajarkan kita untuk senantiasa berfikir dalam segala aktifitas.

Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?“ Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (QS. Al-Baqarah : 118) [4]

Ayat lain menyebutkan :

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-An’am : 32) [5]

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman“. (QS. Yunus : 101) [6]

Selain terdapat dalam Al-Qur’an, terdapat pula Hadits-hadits yang menganjurkan manusia untuk senantiasa berfikir, sebagai berikut :
عن إبن عمر قال قال رسول ﷲ صلی اﷲ عليه وسلّم تفكّروا في خلق ﷲ ولا تفكّروا في ذات ﷲ   (رواه الطبران)

Dari Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah SAW., bersabda : “Berfikirlah kamu tentang ciptaan Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah”.[7]

Konteks hadits diatas, Rasulullah SAW., memotivasi umatnya untuk berfikir sebebas-bebasnya yang berkaitan dengan ciptaan Allah dalam bentuk alam semesta dengan berbagai fenomenanya atau yang biasa disebut ayat-ayat kauniyah, namun mengingat keterbatasan akal, Allah melarang manusia untuk berfikir tentang Dzat Allah karena dihawatirkan akan menimbulkan kesalahan atau kekeliruan.[8]
Hadits diatas juga menjelaskan kepada kita untuk senantiasa berfikir tentang segala hal, yang diiringi dengan larangan untuk memikirkan Dzat sang pencipta yaitu Allah SWT. hal ini memberikan pemahaman kepada kita, untuk pula menggunakan akal kita dalam kehidupan sehari-hari, sebelum kita bertindak, sehingga apa yang kita lakukan semuanya tidak keluar dari jalan yang diridhai Allah SWT.
Dalil Al-Qur’an dan Hadits tersebut memberitahukan kepada kita betapa pentingnya kita sebagai seorang hamba untuk senantiasa berfikir, yaitu berfikir tentang kekuasaan Allah dengan memikirkan segala yang telah diciptakan oleh Allah, seperti langit, bumi, matahari, bulan, gunung, bahkan manusia sendiri perlu untuk kita fikirkan dan renungkan bagaimana kita diciptakan, guna memperoleh pengetahuan yang akan membawa kita kepada keyakinan dan keimanan yang mantap kepada Allah SWT.
Maka, sudah selayaknya fungsi pendidikan terutama pendidikan Islam mampu memelihara dan mengembangkan fithrah yang ada, sehingga manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan fithrah yang diberikan kepadanya, serta berkembang sesuai dengan apa yang dirihoi oleh yang maha pemberi fithrah yaitu Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan pula tentang pendidikan pertama yang terjadi di alam semesta ini, yaitu ketika Allah SWT., mengajarkan kepada Nabi Adam As., tentang nama-nama benda yang ada.
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  

dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" (QS. Al-Baqarah : 31) [9]

Ayat ini, memberitahukan kepada kita bahwa, Allah SWT., dalam mendidik Nabi Adam As., semata-mata untuk mengoptimalkan fungsi akal-Nya yang dianugerahkan oleh Allah, dengan mengajarkan Nabi Adam As., nama-nama benda yang ada, sehingga akal yang dimiliki Nabi Adam As., berkembang sesuai dengan sempurna, dan dengan akalnya mampu mengalahkan para malaikat kala itu.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa, sesungguhnya pendidikan itu semata-mata untuk mengoptimalkan fungsi akal yang diberikan Allah kepada kita, sehingga dengan mengoptimalkan fungsi akal yang ada kita akan mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, baik berkenaan dengan hubungan antar manusia, manusia dengan alam, ataupun berkenaan dengan hubungan antara manusia dengan Allah.

b.      Mengendalikan Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Potensi yang selanjutnya dimiliki oleh manusia adalah Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat. Pendidikin dalam hal ini berfungsi mengajarkan kepada kita betapa pentingnya mengendalikan amarah dan nafsu kita, sehingga kita terjaga dari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat islam.
Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berlaku adil. Adil yang dimaksud dalam hal ini adalah adil dalam menggunakan ghadab (amarah) dan adil dalam menggunakan nafsu yang ada pada diri kita.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ  

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl : 90) [10]

Penggunaan ghadab (amarah) secara adil, akan menimbulkan sikap perwira atau kesatria, sedang penggunaan nafsu syahwat secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbuatan maksiat.[11]
Pendidikan merupakan bagian penting untuk mewujudkan hal tersebut, karena bagaimanapun dalam pendidikan, peserta didik akan dididik dan diajarkan mengenai berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikomotor, dimana peserta didik akan diajarkan bagaimana cara menjadi manusia yang sempurna, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., dalam kehidupan sehari-hari.

2.       Fungsi Pendidikan secara Umum
a.      Untuk Mempersiapkan Kader-Kader Khalifah di Bumi
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa, Allah SWT., menciptakan manusia untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di bumi.
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30) [12]

uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3ŸÒ÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uyŠ öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7­/u ßìƒÎŽ|  É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ  

Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-An’am : 16) [13]

Manusia dengan keutamaan akalnya memungkinkan untuk menjalankan tugas yang telah diamantkan oleh Allah SWT. dengan kemampuan rasionalnya, manusia dapat meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan alam sekitarnya.[14]
Ayat diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa manusia di bumi dibebani tugas untuk menjadi khalifah. Maka dari itu, fungsi pendidikan Islam adalah untuk menyiapkan kader-kader yang unggul untuk menjadi khalifah di bumi, sehingga ketika nanti para peserta didik menjadi seorang pemimpin dalam masyarakat, akan menjadi pemimpin yang amanah, pemimpin yang adil dan bijaksana, dan senantiasa menjaga kelestarian lingkungan (alam) sekitar, bukan malah meusaknya.
Rasulullah SAW., bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ, قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ.   فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ  , وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ,   وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ,   وَالْعَبْدُ  رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ.  أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ    (رواه البخاري)
Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. Bersabda : “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggung jawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya”. [15]

Hadits ini juga menjelaskan tentang kepemimpinan dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, oleh karena itu pendidikan sebisa mungkin mempu untuk membuat calon-calon pemimpin yang berkompeten, dan mampu mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinannya.
Begitu berartnya tugas pendidikan, sehingga pendidikan menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan, sehingga manusia akan menjadi seseorang yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan fithrah dan tugas manusia di bumi ini, yaitu dengan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT., dan mampu menciptakan kesejahteraan umat manusia dan memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan serta tidak merusaknya.

b.      Transfer Of Knowladge
Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia, menjelaskan tentang fungsi pendidikan islam yaitu untuk mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada para peserta didik.
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [16]

Jelas sudah bahwa, pendidikan merupakan suatu yang berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari seorang pendidik kepada peserta didiknya, berkaca dari ayat diatas pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang belum diketahui oleh peserta didik.
Pengetahuan yang dimaksud tidak hanya berupa ilmu, akan tetapi juga memberikan pengalaman yang baru terhadap peserta didik, guna menambah wawasan para peserta didik yang berguna bagi kehdupannya.

Dalam ayat lain dijelaskan :
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  

Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 151)[17]

Dalam tafsir Al-Manar karangan Syaikh Muhammad Abduh,[18] dijelaskan bahwa yang dimaksud “membacakan ayat-ayat kami” adalah membacakan ayat-ayat yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an (ayat kauniyah), ayat tersebut tidak lain adalah alam semesta.
“Menyucikan diri” merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah mengkaji gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan penyucian diri menjauhkan diri dari syirik (menyekutukan Allah) dan memelihara akhlaq al-karimah. Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia akan terpelihara.
Yang dimaksud “mengajarkan Al-Kitab” ialah Al-Qur’an Al-Karim yang secara eksplisit berisi tuntunan hidup. Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.
Hikmah, menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kata Al-Hikmah diartikan lebih luas yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan nilai-nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya.
Mengajarkan ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak Al-Karimah.
Dari penafsiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh tersebut, dapat kita pahami bahwa Rasulullah SAW., sebagai seorang pendidik mengajarkan kepada manusia pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh umat-umat terdahulu, dan  menganjurkan kepada para sahabat dan kita umat-nya untuk senantiasa berfikir untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuaan baru yang belum diungkap sebelumnya.
Demikianlah beberapa fungsi pendidikan, terutama pendidikan Islam yang dapat penulis paparkan yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber pokok dari ajaran Islam.

C.    Simpulan
Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dari ajaran Islam menjelaskan segala sesuatu secara rinci, tinggal bagaimana kita sebagai seorang muslim untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan setiap anjuran yang ada didalamnya, termasuk juga mengaplikasikan fungsi pendidikan sebagaimana diterangkan didalamnya.
Fungsi pendidikan yang dapat penulis ambil terutama fungsi pendidikan Islam dari sekian banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :
1.      Fungsi pendidikan secara Khusus, meliputi :
a.       Mengoptimalkan Fungsi Akal (Pemikiran)
b.      Mengendalikan Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Kedua fungsi tersebut berkaitan dengan potensi bawaan (Fithrah) yang ada pada manusia sejak lahir.
2.      Fungsi pendidikan secara Umum, meliputi :
a.       Untuk mempersiapkan kader-kader Khalifah di Bumi
b.      Transfer Of Knowladge
Demikianlah fungsi pendidikan menurut perspektif Al-Qur’an dan Hadits yang bisa penulis paparkan. Serta masih banyak lagi fungsi pendidikan Islam yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits yang tidak bisa penulis jelaskan, karena keterbatasan penulis dalam pembuatan karya sederhana ini.

























DAFTAR PUSTAKA

Ardi Widodo, Sembodo, Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam, Jakarta : Nilmas Multima, 2008

Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012

Kultsum, Umi, Pendidikan dalam Perspektif Hadits (Hadits-Hadits Tarbawi), Serang : FSEI PRESS, 2012

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2012



[1] Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa, Manusia lahir membawa bakat-bakat (potensi dasar). Manusia secara fithrah adalah baiak, interaktif, dan berakidah tauhid, Ia menjadi jahat disebabkan oleh faktor luar dari proses aktualisasinya. Lihat  Sembodo Ardi Widodo, Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam, (Jakarta : Nimas Multima, 2008), 189.
[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2012), 43.
[3] HR. Bukhari
[4] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012). 18.
[5] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an… 131.
[6] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an… 220.
[7] HR. At-Thabrani
[8] Umi Kultsum, Pendidikan dalam Perspektif Hadits (Hadits-Hadits Tarbawi), (Serang : FSEI PRESS, 2012), 150.
[9] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012). 6.
[10]Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012), 277.
[11] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2012), 44.
[12]Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012). 6.
[13] Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an… 150.
[14] Sembodo Ardi Widodo, Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam, (Jakarta : Nilmas Multima, 2008). 158.
[15] HR. Bukhari : 4789
[16]Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012), 597.
[17]Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012), 23.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ILMU AL-JARH WA AT-TA’DIL DAN ILMU RIJALUL HADITS

MAKALAH AGAMA, KEPRIBADIAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM