MAKALAH FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF AL-QURAN HADITS
FUNGSI PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF AL-QURAN DAN HADITS
A.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting,
guna mencapai segala yang dicita-citakan oleh setiap orang. Secara umum,
cita-cita setiap orang akan berorientasi pada dua hal, pertama kebahagiaan di dunia, kedua
kebahagiaan dan keselamatan di akhirat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pendidikan Islam
menjadi sarana yang akan membantu untuk merealisasikan cita-cita setiap orang,
dengan mengajak dan mengajarkan peserta didik untuk menjadi insan yang beriman
dan bertakwa kepada Allah SWT., serta menjadi peribadi muslim yang berakhlakul
karimah sesuai dengan syari’at Islam.
Dewasa ini, banyak pendidikan yang melupakan tujuan
dan fungsi dari didirikannya lembaga pendidikan, sehingga tidak jarang pendidik
ataupun peserta didik melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan etika dan
norma yang berkembang, misalnya: maraknya peserta didik yang melakukan tindakan
amoral dalam kehidupannya seperti tawuran dan lainnya, bahkan tak jarang seorang
pendidik juga terjerat dalam perilaku yang tidak sesuai dengan etika pendidik,
seperti berpakaian tidak sopan dan lainnya.
Dalam makalah sederhana ini penulis akan coba memapaparkan
terkait “Fungsi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits”, sehingga
bisa bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
B.
Fungsi Pendidikan Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kehidupan. Fungsi tersebut secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Fungsi Pendidikan secara Khusus
Maksudnya adalah, pendidikan memiliki fungsi untuk
kepentingan individu (seseorang). Dalam hal ini pendidikan berfungsi untuk
mengoptimalkan fithrah[1]
yang dianugerahkan Allah kepada setiap orang, yaitu akal (pikiran) yang
berpusat dikepala, ghadab (amarah) yang berpusat didada, dan nafsu syahwat
(dorongan seksual) yang berpusat diperut.[2]
Rasulullah SAW., bersabda :
كلّ مولود يولد علی الفطره فأبواه يهوّدانه أو
ينصِّرانه أو يمجِّسانه (رواه البخاري)
“Tiap-tiap anak dilahirkan di
atas fithrah, maka ibu bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama
Yahudi, Nasrani, dan Majusi” [3]
Hadits diatas membuat kita tersadar tentang
pentingnya pendidikan, dan fungsinya dalam kehidupan, yaitu untuk mengarahkan
manusia menuju kepada fitrah yang ada pada dirinya, serta membawa fitrah
tersebut berkembang seperti seharusnya, sehingga kekeliruan yang ditimbulkan
oleh lingkungan (keluarga dan masyarakat) akan dapat teratasi, dengan adanya
pendidikan.
a.
Mengoptimalkan Fungsi Akal (Pemikiran)
Dalam Al-Qur’an
banyak sekali ayat-ayat yang mengajarkan kita untuk senantiasa berfikir dalam
segala aktifitas.
Dan
orang-orang yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (langsung)
berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?“
Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan
mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (QS. Al-Baqarah : 118) [4]
Ayat lain
menyebutkan :
Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya? (QS.
Al-An’am : 32) [5]
Katakanlah:
“Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang
tidak beriman“. (QS. Yunus :
101) [6]
Selain terdapat dalam Al-Qur’an, terdapat pula
Hadits-hadits yang menganjurkan manusia untuk senantiasa berfikir, sebagai
berikut :
عن إبن عمر قال قال
رسول ﷲ صلی اﷲ عليه وسلّم تفكّروا في خلق ﷲ ولا تفكّروا في ذات ﷲ (رواه الطبران)
Dari
Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah SAW., bersabda : “Berfikirlah kamu tentang
ciptaan Allah, dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah”.[7]
Konteks hadits diatas, Rasulullah SAW., memotivasi
umatnya untuk berfikir sebebas-bebasnya yang berkaitan dengan ciptaan Allah
dalam bentuk alam semesta dengan berbagai fenomenanya atau yang biasa disebut
ayat-ayat kauniyah, namun mengingat keterbatasan akal, Allah melarang manusia
untuk berfikir tentang Dzat Allah karena dihawatirkan akan menimbulkan
kesalahan atau kekeliruan.[8]
Hadits diatas juga
menjelaskan kepada kita untuk senantiasa berfikir tentang segala hal, yang
diiringi dengan larangan untuk memikirkan Dzat sang pencipta yaitu Allah SWT.
hal ini memberikan pemahaman kepada kita, untuk pula menggunakan akal kita
dalam kehidupan sehari-hari, sebelum kita bertindak, sehingga apa yang kita
lakukan semuanya tidak keluar dari jalan yang diridhai Allah SWT.
Dalil Al-Qur’an dan Hadits tersebut memberitahukan
kepada kita betapa pentingnya kita sebagai seorang hamba untuk senantiasa
berfikir, yaitu berfikir tentang kekuasaan Allah dengan memikirkan segala yang
telah diciptakan oleh Allah, seperti langit, bumi, matahari, bulan, gunung,
bahkan manusia sendiri perlu untuk kita fikirkan dan renungkan bagaimana kita
diciptakan, guna memperoleh pengetahuan yang akan membawa kita kepada keyakinan
dan keimanan yang mantap kepada Allah SWT.
Maka, sudah selayaknya fungsi pendidikan terutama
pendidikan Islam mampu memelihara dan mengembangkan fithrah yang ada, sehingga
manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan fithrah yang diberikan
kepadanya, serta berkembang sesuai dengan apa yang dirihoi oleh yang maha
pemberi fithrah yaitu Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan pula tentang pendidikan
pertama yang terjadi di alam semesta ini, yaitu ketika Allah SWT., mengajarkan
kepada Nabi Adam As., tentang nama-nama benda yang ada.
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" (QS. Al-Baqarah : 31) [9]
Ayat
ini, memberitahukan kepada kita bahwa, Allah SWT., dalam mendidik Nabi Adam
As., semata-mata untuk mengoptimalkan fungsi akal-Nya yang dianugerahkan oleh Allah, dengan mengajarkan Nabi Adam
As., nama-nama benda yang ada, sehingga akal yang dimiliki Nabi Adam As.,
berkembang sesuai dengan sempurna, dan dengan akalnya mampu mengalahkan para
malaikat kala itu.
Dari
sini dapat kita simpulkan bahwa, sesungguhnya pendidikan itu semata-mata untuk
mengoptimalkan fungsi akal yang diberikan Allah kepada kita, sehingga dengan
mengoptimalkan fungsi akal yang ada kita akan mampu membedakan antara yang baik
dan yang buruk, baik berkenaan dengan hubungan antar manusia, manusia dengan
alam, ataupun berkenaan dengan hubungan antara manusia dengan Allah.
b.
Mengendalikan
Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Potensi
yang selanjutnya dimiliki oleh manusia adalah Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat. Pendidikin dalam hal ini
berfungsi mengajarkan kepada kita betapa pentingnya mengendalikan amarah dan
nafsu kita, sehingga kita terjaga dari perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai
dengan syariat islam.
Al-Qur’an mengajarkan
kepada kita untuk senantiasa berlaku adil. Adil yang dimaksud dalam hal ini
adalah adil dalam menggunakan ghadab (amarah)
dan adil dalam menggunakan nafsu yang ada pada diri kita.
* ¨bÎ) ©!$# ããBù't ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGÎ)ur Ï 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìx6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏèt öNà6¯=yès9 crã©.xs? ÇÒÉÈ
Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An-Nahl : 90) [10]
Penggunaan ghadab
(amarah) secara adil, akan menimbulkan sikap perwira atau kesatria, sedang
penggunaan nafsu syahwat secara adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbuatan maksiat.[11]
Pendidikan merupakan bagian penting untuk mewujudkan
hal tersebut, karena bagaimanapun dalam pendidikan, peserta didik akan dididik
dan diajarkan mengenai berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikomotor,
dimana peserta didik akan diajarkan bagaimana cara menjadi manusia yang
sempurna, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Fungsi Pendidikan secara Umum
a.
Untuk Mempersiapkan Kader-Kader Khalifah di Bumi
Dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa, Allah SWT., menciptakan manusia untuk menjadi Khalifah (pemimpin) di bumi.
øÎ)ur tA$s%
/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ)
×@Ïã%y` Îû
ÇÚöF{$#
ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s%
ã@yèøgrBr& $pkÏù
`tB ßÅ¡øÿã
$pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$#
ß`øtwUur
ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr&
$tB w
tbqßJn=÷ès?
ÇÌÉÈ
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat : "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 30) [12]
uqèdur
Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur
Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa
di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-An’am : 16) [13]
Manusia dengan keutamaan akalnya memungkinkan untuk
menjalankan tugas yang telah diamantkan oleh Allah SWT. dengan kemampuan
rasionalnya, manusia dapat meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan alam
sekitarnya.[14]
Ayat diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa
manusia di bumi dibebani tugas untuk menjadi khalifah. Maka dari itu, fungsi pendidikan Islam adalah untuk
menyiapkan kader-kader yang unggul untuk menjadi khalifah di bumi, sehingga ketika nanti para peserta didik menjadi
seorang pemimpin dalam masyarakat, akan menjadi pemimpin yang amanah, pemimpin yang adil dan
bijaksana, dan senantiasa menjaga kelestarian lingkungan (alam) sekitar, bukan
malah meusaknya.
Rasulullah
SAW., bersabda :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ, قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ. فَالإمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ , وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ
مَسْئُولٌ, وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا
وَهِيَ مَسْئُولَةٌ, وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ (رواه البخاري)
Dari Abdullah, ia berkata: Nabi saw. Bersabda : “Setiap
kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya.
Maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawabannya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai
pertanggung jawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan
ia pun akan dimintai pertanggung jawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin
atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggung jawabannya. Sungguh
setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya”.
[15]
Hadits ini juga menjelaskan tentang kepemimpinan dan
tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin, oleh karena itu pendidikan sebisa
mungkin mempu untuk membuat calon-calon pemimpin yang berkompeten, dan mampu
mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinannya.
Begitu berartnya tugas pendidikan, sehingga
pendidikan menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan, sehingga manusia akan
menjadi seseorang yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan fithrah dan tugas manusia di bumi ini, yaitu dengan menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT., dan mampu menciptakan
kesejahteraan umat manusia dan memanfaatkan alam sesuai dengan kebutuhan serta
tidak merusaknya.
b.
Transfer Of
Knowladge
Al-Qur’an
sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia, menjelaskan tentang fungsi
pendidikan islam yaitu untuk mengajarkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada para peserta didik.
zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. [16]
Jelas
sudah bahwa, pendidikan merupakan suatu yang berfungsi untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dari seorang pendidik kepada peserta didiknya, berkaca dari ayat
diatas pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang belum diketahui oleh
peserta didik.
Pengetahuan
yang dimaksud tidak hanya berupa ilmu, akan tetapi juga memberikan pengalaman
yang baru terhadap peserta didik, guna menambah wawasan para peserta didik yang
berguna bagi kehdupannya.
Dalam ayat lain
dijelaskan :
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ
Sebagaimana
(kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 151)[17]
Dalam
tafsir Al-Manar karangan Syaikh Muhammad Abduh,[18] dijelaskan
bahwa yang dimaksud “membacakan ayat-ayat
kami” adalah membacakan ayat-ayat yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an (ayat
kauniyah), ayat tersebut tidak lain adalah
alam semesta.
“Menyucikan
diri” merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat
Allah setelah mengkaji gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang
dimaksud dengan penyucian diri menjauhkan diri dari syirik (menyekutukan Allah)
dan memelihara akhlaq al-karimah. Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah
kemanusiaan manusia akan terpelihara.
Yang
dimaksud “mengajarkan Al-Kitab” ialah
Al-Qur’an Al-Karim yang secara eksplisit berisi tuntunan hidup. Bagaimana
manusia berhubungan dengan tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam
sekitarnya.
Hikmah,
menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kata Al-Hikmah diartikan lebih luas
yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan
nilai-nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya.
Mengajarkan
ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya
Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui
oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak Al-Karimah.
Dari
penafsiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh tersebut, dapat kita pahami
bahwa Rasulullah SAW., sebagai seorang pendidik mengajarkan kepada manusia
pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh umat-umat
terdahulu, dan menganjurkan kepada para
sahabat dan kita umat-nya untuk senantiasa berfikir untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuaan baru yang belum diungkap sebelumnya.
Demikianlah
beberapa fungsi pendidikan, terutama pendidikan Islam yang dapat penulis
paparkan yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber pokok dari
ajaran Islam.
C.
Simpulan
Al-Qur’an
dan Hadits sebagai sumber utama dari ajaran Islam menjelaskan segala sesuatu
secara rinci, tinggal bagaimana kita sebagai seorang muslim untuk mempelajari,
menghayati, dan mengamalkan setiap anjuran yang ada didalamnya, termasuk juga
mengaplikasikan fungsi pendidikan sebagaimana diterangkan didalamnya.
Fungsi
pendidikan yang dapat penulis ambil terutama fungsi pendidikan Islam dari
sekian banyak ayat Al-Qur’an dan Hadits adalah sebagai berikut :
1. Fungsi
pendidikan secara Khusus, meliputi :
a. Mengoptimalkan
Fungsi Akal (Pemikiran)
b. Mengendalikan
Ghadab (Amarah) dan Nafsu Syahwat
Kedua
fungsi tersebut berkaitan dengan potensi bawaan (Fithrah) yang ada pada manusia sejak lahir.
2. Fungsi
pendidikan secara Umum, meliputi :
a. Untuk
mempersiapkan kader-kader Khalifah di
Bumi
b. Transfer Of Knowladge
Demikianlah fungsi pendidikan menurut perspektif
Al-Qur’an dan Hadits yang bisa penulis paparkan. Serta masih banyak lagi fungsi
pendidikan Islam yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadits yang tidak bisa
penulis jelaskan, karena keterbatasan penulis dalam pembuatan karya sederhana
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Widodo,
Sembodo, Kajian Filosofis Pendidikan
Barat dan Islam, Jakarta : Nilmas Multima, 2008
Kementerian
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan
Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), Jakarta : Insan Madya
Pustaka, 2012
Kultsum, Umi, Pendidikan dalam Perspektif Hadits
(Hadits-Hadits Tarbawi), Serang : FSEI PRESS, 2012
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2012
[1] Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa,
Manusia lahir membawa bakat-bakat (potensi dasar). Manusia secara fithrah
adalah baiak, interaktif, dan berakidah tauhid, Ia menjadi jahat disebabkan
oleh faktor luar dari proses aktualisasinya. Lihat Sembodo Ardi Widodo, Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam,
(Jakarta : Nimas Multima, 2008), 189.
[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2012), 43.
[3] HR. Bukhari
[4] Kementerian
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan
Terjemah Perkata (Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya
Pustaka, 2012). 18.
[5] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an… 131.
[6] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an… 220.
[7] HR. At-Thabrani
[8] Umi Kultsum, Pendidikan dalam Perspektif Hadits
(Hadits-Hadits Tarbawi), (Serang : FSEI PRESS, 2012), 150.
[9] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata
(Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012). 6.
[10]Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata
(Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012), 277.
[11] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : RajaGrafindo
Persada, 2012), 44.
[12]Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata
(Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012). 6.
[13] Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an… 150.
[14] Sembodo Ardi Widodo, Kajian Filosofis Pendidikan Barat dan Islam,
(Jakarta : Nilmas Multima, 2008). 158.
[15] HR. Bukhari : 4789
[16]Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata
(Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012),
597.
[17]Kementerian Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah Perkata
(Dilengkapi dengan Kode Tajwid), (Jakarta : Insan Madya Pustaka, 2012), 23.
Komentar
Posting Komentar